Pages

Sabtu, 12 Maret 2011

Ketika Kita Menjadi Orang Miskin Hati

Miskin? Ya, miskin yang saya maksud bukanlah miskin harta melainkan miskin hati. Maksudnya miskin hati itu seperti apa? Kalau miskin materi atau harta kan biasanya kita gak punya apa-apa kayak mereka yang tinggal di rumah gedongan, kita gak punya mobil, gak punya rumah bagus, duit melimpah hanya impian, belanja ini itu juga hanya diangan saja. Lalu, miskin hati? Maksud dari miskin hati adalah hati kita dangkal, dangkal akan pikiran, dangkal akan perasaan peduli. Sebenarnya orang yang mengidap penyakit miskin hati itu udah ada sejak zaman dulu. Biasanya adalah mereka yang sombong dan merasa hebat, tidak mau memandang ke bawah, maunya ataaasss terus sampai lama-lama leher ini menjadi sakit, hehe...

Di dunia ini kita tak hanya hidup sendiri, kita ini selain makhluk individu juga makhluk sosial. Kita hidup berdampingan dengan orang lain. Pikir secara logika, mana bisa manusia hidup sendiri, pasti sehebat-hebatnya orang juga bakal perlu bantuan orang lain. Contoh yang sederhana saja, orang jika sakit pasti perlu bantuan orang lain untuk mengobatinya dan orang itu adalah dokter, bayangkan jika di dunia ini tak ada seorangpun dokter atau orang yang mau menyembuhkan orang lain, pasti bakalan repot jadinya. Nah, sayangnya orang yang miskin hati ini tidak menerapkan hal ini! Mereka gak peduli kalau mereka berdampingan dengan orang lain, mereka cuek bebek ketika bertemu orang yang lebih rendah darinya jika diukur lewat materi, ketika orang lain membutuhkan belas kasihan dan amal mereka orang miskin hati hanya melenggang kangkung tanpa peduli, rasanya kayak udah mati rasa!

Contoh orang miskin hati, mati rasa, lihat ia melanggar peraturan yang tertulis di spanduk, sama sekali gk malu


Orang mengendarai kendaraan, eh tiba-tiba menabrak orang! Orang yang menabrak tersebut ketakutan lalu melarikan diri dengan kendaraannya dan biasa disebut tabrak lari. Nah, ini udah termasuk miskin hati, mati rasa. Bayangkan, ia menabrak orang lain dan hal ini sudah termasuk kewajibannya untuk menolong orang yang ditabrak. Tapi, ia malah lari dari tanggung jawab, gak peduli, gak mikir bagaimana nasib orang yang ditabraknya nanti, bagaimana keluarganya nanti dan sebagainya.


Orang miskin hati alias egois bagaikan bayangan hitam yang berjalan sendiri di lorong sepi yang gelap tanpa penerangan


Kembali kita jelaskan ke yang sangat sederhana. Jika kita melihat seonggok sampah di jalan, apa yang akan kita lakukan pada sampah tersebut walau hanya berupa bungkus coklat? Apa kita biarkan? Jalan terus melenggang kangkung cuek bebek yang penting bukan urusan? Itu salah teman! Harusnya jika kita peduli, ayolah luangkan waktu sedikit saja, ambil sampah tersebut dan buanglah pada tempatnya, jika kamu benar-benar peduli lingkungan. Tangan menjadi kotor? Namanya juga amal pasti harus ikhlas, kan nanti bisa cuci tangan, entah pakai air kemasan atau dari air keran jika ketemu, tapi bukan keran rumah orang loh!

Kembali kita renungkan, bagaimana jadinya kalau kita miskin hati? Gak peduli orang lain? Berdiri sendiri seenaknya? Gak mau membagi ilmu pada orang lain? Lalu kalau kita seperti itu, apa iya orang lain mau menerima kita? Apa iya orang lain mau membantu kita dikemudian hari? Apa iya hidup kita akan bahagia dunia dan akhirat? Jawabannya tidak! Mengapa? Karena kita egois! Gak sadar hati kalau kita ini manusia biasa! Gak sadar kalau kita hidup dikelilingi oleh orang-orang! Lalu, tentu saja kita tak akan bahagia selamanya jika tak mengubah penyakit kita yang satu ini. Tenang dunk, miskin hati bukan penyakit langka yang sulit disembuhkan yang gak ada obatnya, pertama jika kau ingin sembuhkan adalah niatmu untuk berubah menjadi baik! Selanjutnya ikhtiar atau berusaha, Insya Allah kita semua menjadi orang yang dapat menjadi rahmat bagi yang lain. =)


Kita ambil contoh gambar dari sebuah cover buku, beginilah jadinya kalau kita tidak miskin hati, maka orang lain juga akan menghargai kita



Putri Kartika Sari

Sabtu, 12 Maret 2011

Ketika Kita Menjadi Orang Miskin Hati

Miskin? Ya, miskin yang saya maksud bukanlah miskin harta melainkan miskin hati. Maksudnya miskin hati itu seperti apa? Kalau miskin materi atau harta kan biasanya kita gak punya apa-apa kayak mereka yang tinggal di rumah gedongan, kita gak punya mobil, gak punya rumah bagus, duit melimpah hanya impian, belanja ini itu juga hanya diangan saja. Lalu, miskin hati? Maksud dari miskin hati adalah hati kita dangkal, dangkal akan pikiran, dangkal akan perasaan peduli. Sebenarnya orang yang mengidap penyakit miskin hati itu udah ada sejak zaman dulu. Biasanya adalah mereka yang sombong dan merasa hebat, tidak mau memandang ke bawah, maunya ataaasss terus sampai lama-lama leher ini menjadi sakit, hehe...

Di dunia ini kita tak hanya hidup sendiri, kita ini selain makhluk individu juga makhluk sosial. Kita hidup berdampingan dengan orang lain. Pikir secara logika, mana bisa manusia hidup sendiri, pasti sehebat-hebatnya orang juga bakal perlu bantuan orang lain. Contoh yang sederhana saja, orang jika sakit pasti perlu bantuan orang lain untuk mengobatinya dan orang itu adalah dokter, bayangkan jika di dunia ini tak ada seorangpun dokter atau orang yang mau menyembuhkan orang lain, pasti bakalan repot jadinya. Nah, sayangnya orang yang miskin hati ini tidak menerapkan hal ini! Mereka gak peduli kalau mereka berdampingan dengan orang lain, mereka cuek bebek ketika bertemu orang yang lebih rendah darinya jika diukur lewat materi, ketika orang lain membutuhkan belas kasihan dan amal mereka orang miskin hati hanya melenggang kangkung tanpa peduli, rasanya kayak udah mati rasa!

Contoh orang miskin hati, mati rasa, lihat ia melanggar peraturan yang tertulis di spanduk, sama sekali gk malu


Orang mengendarai kendaraan, eh tiba-tiba menabrak orang! Orang yang menabrak tersebut ketakutan lalu melarikan diri dengan kendaraannya dan biasa disebut tabrak lari. Nah, ini udah termasuk miskin hati, mati rasa. Bayangkan, ia menabrak orang lain dan hal ini sudah termasuk kewajibannya untuk menolong orang yang ditabrak. Tapi, ia malah lari dari tanggung jawab, gak peduli, gak mikir bagaimana nasib orang yang ditabraknya nanti, bagaimana keluarganya nanti dan sebagainya.


Orang miskin hati alias egois bagaikan bayangan hitam yang berjalan sendiri di lorong sepi yang gelap tanpa penerangan


Kembali kita jelaskan ke yang sangat sederhana. Jika kita melihat seonggok sampah di jalan, apa yang akan kita lakukan pada sampah tersebut walau hanya berupa bungkus coklat? Apa kita biarkan? Jalan terus melenggang kangkung cuek bebek yang penting bukan urusan? Itu salah teman! Harusnya jika kita peduli, ayolah luangkan waktu sedikit saja, ambil sampah tersebut dan buanglah pada tempatnya, jika kamu benar-benar peduli lingkungan. Tangan menjadi kotor? Namanya juga amal pasti harus ikhlas, kan nanti bisa cuci tangan, entah pakai air kemasan atau dari air keran jika ketemu, tapi bukan keran rumah orang loh!

Kembali kita renungkan, bagaimana jadinya kalau kita miskin hati? Gak peduli orang lain? Berdiri sendiri seenaknya? Gak mau membagi ilmu pada orang lain? Lalu kalau kita seperti itu, apa iya orang lain mau menerima kita? Apa iya orang lain mau membantu kita dikemudian hari? Apa iya hidup kita akan bahagia dunia dan akhirat? Jawabannya tidak! Mengapa? Karena kita egois! Gak sadar hati kalau kita ini manusia biasa! Gak sadar kalau kita hidup dikelilingi oleh orang-orang! Lalu, tentu saja kita tak akan bahagia selamanya jika tak mengubah penyakit kita yang satu ini. Tenang dunk, miskin hati bukan penyakit langka yang sulit disembuhkan yang gak ada obatnya, pertama jika kau ingin sembuhkan adalah niatmu untuk berubah menjadi baik! Selanjutnya ikhtiar atau berusaha, Insya Allah kita semua menjadi orang yang dapat menjadi rahmat bagi yang lain. =)


Kita ambil contoh gambar dari sebuah cover buku, beginilah jadinya kalau kita tidak miskin hati, maka orang lain juga akan menghargai kita



Putri Kartika Sari
 

Template by BloggerCandy.com